Sudah menjadi kebiasaan rutin dan hampir dua bulan sekali, sebuah Gereja Kharismatik di Jakarta mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Seminggu sebelum pelaksanaan KKR, pihak gereja pun sudah disibukkan dengan berbagai persiapan termasuk kegiatan membagi-bagikan brosur di berbagai tempat untuk mengajak setiap orang menghadiri acara tersebut. yach, memang itulah salah satu dari tugas panggilan Gereja
Siang itu, persisnya di parkiran gereja tadi, seorang bocah kecil berumur sekitar10 tahun sedang berteduh menunggu hujan reda sambil menjinjing sebuah karung usang. badannya yang mungil terlihat basah kuyup, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Kali ini, suasananya sangat dingin ditambah dengan tiupan angin kencang yang membuat siapapun malas untuk keluar rumah. Namun bocah ini seakan tak pernah memperdulikannya. Perjuangan hidup, itulah yang menuntutnya untuk harus keluar rumah demi mencari botol-botol plastik bekas lalu dijual ke pengumpul. Potret seperti ini, memang bukan hal yang baru di kota besar seperti Jakarata. Setiap orang yang melihatnya pun sudah tidak merasa aneh lagi, karena sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
"Sudah lama disitu, Nak?" kata seorang lelaki paruh baya, yang berdiri di depan pintu kantor sekretariat gereja. Memang, sejak dari tadi laki-laki ini terus memperhatikannya dari dalam. Laki-laki ini adalah seorang Pendeta yang melayani di gereja tersebut. Seketika bocah ini menoleh ke arah sumber suara yang menyapanya.
"nggak Pak Pendeta" jawabnya singkat sambil tersenyum. Bocah ini, memang tau kalau laki-laki yang menyapanya adalah seorang Pendeta karena hampir setiap hari minggu selalu bertemu dengan beliau dan terkadang di kasih makan sama pak Pendeta kalau lagi mengumpulkan botol-botol plastik Bekas di sekitar halaman Gereja.
"ayo masuk kedalam, diluar sangat dingin"
"tak uasah pak, saya disini aja. Baju saya kotor, dan basah"
"gak apa-apa, Nak. di dalam nunggunya sambil kita minum Teh"
"tapi, pak ..."
"sudah, tak usah dipikirkan, ayo masuk ke dalam"
dengan sedikit agak sungkan, akhirnya bocah ini pun masuk ke dalam mengikuti ajakan Pak Pendeta. Di dalam pun terjadi pembicaraan hangat antara bocah ini dengan si Pendeta. Sesekali terdengar tawa sang anak lalu kemudian melemparkan senyum khasnya ke pak pendeta. Kehangatan pembicaraan keduanya pun mengalir begitu saja. setelah hujan mulai reda, Bocah ini pun pamit melanjutkan rutinitasnya yang sempat tertunda satu jam lebih.
"Nanti hari minggu jangan lupa datang ke KKR ya, Nak, ajak teman-temannya. Brosur yang tadi bapak kasikan di bagikan juga sekalian"
"Siap, Pak"
"tak uasah pak, saya disini aja. Baju saya kotor, dan basah"
"gak apa-apa, Nak. di dalam nunggunya sambil kita minum Teh"
"tapi, pak ..."
"sudah, tak usah dipikirkan, ayo masuk ke dalam"
dengan sedikit agak sungkan, akhirnya bocah ini pun masuk ke dalam mengikuti ajakan Pak Pendeta. Di dalam pun terjadi pembicaraan hangat antara bocah ini dengan si Pendeta. Sesekali terdengar tawa sang anak lalu kemudian melemparkan senyum khasnya ke pak pendeta. Kehangatan pembicaraan keduanya pun mengalir begitu saja. setelah hujan mulai reda, Bocah ini pun pamit melanjutkan rutinitasnya yang sempat tertunda satu jam lebih.
"Nanti hari minggu jangan lupa datang ke KKR ya, Nak, ajak teman-temannya. Brosur yang tadi bapak kasikan di bagikan juga sekalian"
"Siap, Pak"
“Siap untuk apa nak?” tanya pak pendeta sambil tersenyum
“Siap datang hari minggu dan bantu bapak membagikan Brosur ini.”
“Tapi jangan hari ini, udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.”
“Pak, itu gak apa-apa kok, lagian saya udah biasa Pak.
Sang Pendeta pun diam sejenak lalu berkata
“Baiklah, tapi bagi beberapa brosur saja, jangan banyak-banyak.”
“Baiklah, tapi bagi beberapa brosur saja, jangan banyak-banyak.”
Bocah itu pun keluar di jalanan kota melanjutkan memungut botol-botol bekas sambil membagi brosur kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu.
Setelah dua jam berjalan, dan brosur hanya tersisa sedikit saja. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orangg di jalanan, kecuali kendaraan yang terus lalu lalang. Botol yang dikumpulkannya pun tak terasa sudah lumayan banyak. Lalu ia mendatangi sebuah rumah untuk membagikan brosur itu. Ia pencet tombol bel rumah….tapi tak ada yang menjawab. Ia pencet lagi..dan tak ada yang keluar.
Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet
bel, dan ia ketuk pintu dengan keras. Tak lama kemudian, pintu terbuka
pelan. Ada wanita paruh baya keluar dengan raut wajah yang menyiratkan
kesedihan yang dalam.
“Apa yang bisa saya bantu Nak?”
Dengan wajah ceria, senyum yang bersahabat si bocah berkata,
“maaf bu, saya cuma mau membagikan brosur sama ibu. Ini yang dititip pak pendeta tadi siang. mohon maaf jika saya mengganggu, saya hanya ingin
mengatakan, bahwa Tuhan mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya
membawa brosur ini untuk mengabarkan kepada Anda bagaimana
mengenal Tuhan, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara bersyukur kepada-Nya.” kata si bocah menirukan pesan dari si Pendeta. Anak itu menyerahkan brosurnya, lalu pergi, meninggalkan wanita itu.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN…
kegiatan KKR pun berlangsung. Di akhir KKR, Pendeta mempersilahkan para jemaat untuk memberikan kesaksian soal lawatan Tuhan dalam kehidupan para Jemaat
tak lama kemudian, dibarisan belakang, seorang wanita paruh baya maju ke depan lalu memperkenalkan namanya. kemudian ia berkata :
“Tak ada di antara hadirin ini yang mengenaliku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini.
beberapa hari yang lalu saya merasa belum menjadi seorg pengikut Tuhan, dan tidak pernah berfikir untuk menjadi seperti ini. Sekitar sebulan suamiku meninggal, padahal ia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini.
beberapa hari yang lalu, saat udara sangat
dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapan
untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya
ke kamar atas di rumahku.
Saya ikat satu ujung tali di kayu
atap…saya berdiri di kursi…, lalu saya kalungkan ujung tali yg satunya
ke leher, saya ingin bunuh diri karena kesedihanku…
Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tdk menjawab, “paling sebentar lagi pergi”batinku.
Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tdk menjawab, “paling sebentar lagi pergi”batinku.
Tapi ternyata bel berdering lagi,
ditambah ketukan pintu yg makin kuat. Saya ragu, “Siapa kira-kira yang
datang ini, setahuku tak ada satupun orang yang mungkin memiliki
keperluan atau perhatian terhadapku.” Lalu saya lepas tali yang
melingkar di leher, dan saya turun untuk melihat siapa yang mengetuk
pintu.
Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah pemulung. Bocah
yang ceria wajahnya, dengan senyuman laksana malaikat dan aku belum
pernah mlihat anak seperti itu.
"saya hanya ingin
mengatakan, bahwa Tuhan mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya
membawa brosur ini untuk mengabarkan kepada Anda bagaimana
mengenal Tuhan, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara bersyukur kepada-Nya.”Kemudian anak itu menyodorkan
brosur kepadaku yang berjudul, “Mengenal Sang Penolong Sejati.”
Akupun segera menutup pintu, aku mulai
membaca isi brosur. Merenung sejenak. Setelah membacanya, aku naik ke lantai atas,
melepaskan ikatan tali di atap dan menyingkirkan dan saya telah mantap
untuk tidak memerlukan itu lagi selamanya.
Anda tahu…sekarang ini saya benar-benar
merasa sangat bahagia, karena bisa mengenal Tuhan dengan segala rencana-Nya dalam kehidupan saya. Tuhan telah mengirimkan Bocah yang tidak saya kenal sama sekali untuk menyadarkan saya.
Dan karena alamat KKR tertera
di brosur itu, maka saya datang ke sini sendirian untuk mengucapkan
pujian kepada Tuhan, kemudian berterimakasih kepada kalian, khususnya
‘malaikat’ kecil yang telah mendatangiku pada saat yang sangat-sangat
tepat. Semoga Tuhan terus menguatkan hati saya.
Sementara sang Pendeta yang berdiri di sampingnya didepan altar, kemudian mendekatinya dan berkata dengan Sedih bercampur bahagia.
" Tuhan telah memakai anak itu untuk menyelamatkan ibu. Namun, "malaikat kecil" itu, tak mampu bersama-sama dengan kita saat ini. Dia sudah bersama-sama dengan malaikat lain di sorga sana. sepulang dia mengantarkan brosur ke rumah ibu, bocah kecil itu meninggal karena tertabrak mobil"
seketika, mengalirlah air mati para jamaat yang hadir saat itu, pujian, doa dan penyembahan pun menggema di tiap sudut ruangan. itu. Semua bersedih, namun mereka tak pernah kenal siapa malaikat kecil itu.
" Tuhan telah memakai anak itu untuk menyelamatkan ibu. Namun, "malaikat kecil" itu, tak mampu bersama-sama dengan kita saat ini. Dia sudah bersama-sama dengan malaikat lain di sorga sana. sepulang dia mengantarkan brosur ke rumah ibu, bocah kecil itu meninggal karena tertabrak mobil"
seketika, mengalirlah air mati para jamaat yang hadir saat itu, pujian, doa dan penyembahan pun menggema di tiap sudut ruangan. itu. Semua bersedih, namun mereka tak pernah kenal siapa malaikat kecil itu.